IMQ, Jakarta -Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Imelda Freddy mengatakan, peran Bulog (Persero) sebagai importir tunggal untuk jagung pakan ternak tidak efektif. Alasannya adalah Bulog tidak bisa menjalankan perannya sebagai stabilisator karena tidak mampu menentukan waktu yang tepat untuk impor. Pada Oktober 2017, Bulog melakukan impor jagung sebesar 200.000 ton dengan harga Rp1.982.946 per ton atau lebih tinggi dibandingkan September, yaitu Rp1.948.244 per ton.