IMQ, Jakarta -Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis pagi (16/8), bergerak melemah 41 poin menjadi Rp14.618 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.577 per dolar AS. "Pergerakan dolar AS yang kembali mengalami penguatan menghambat peluang rupiah untuk bertahan di zona positif," kata analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, Kamis. Pelaku pasar pun, lanjut Reza, diperkirakan akan kembali meningkatkan permintaannya terhadap dolar AS. Ditambah lagi, dengan masih adanya sejumlah sentimen yang dianggap kurang baik maka dapat membuat rupiah kembali melemah meskipun telah dihadang oleh kenaikan suku bunga acuan. "Adanya upaya pemerintah untuk menekan impor yang diikuti langkah bank sentral menaikkan suku bunga agar pelebaran defisit transaksi berjalan tidak mencapai 3 persen akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi ke depannya, sehingga dapat menghambat laju rupiah," kata Reza. Sebelumnya, pernyataan berbagai pejabat terkait dengan penyebab pelemahan rupiah tampaknya tidak banyak direspons positif karena pelaku pasar menantikan kebijakan yang realistis untuk menghadapi gejolak pelemahan rupiah. Bahkan langkah Bank Indonesia yang menaikkan suku bunganya, juga belum direspons positif. Berkaca dari sebelumnya di mana BI telah menaikkan suku bunganya beberapa basis poin sejak era suku bunga rendah di level 4,75 persen, tampaknya tidak berpengaruh, yang ditandai dengan pergerakan rupiah yang masih melemah. Di sisi lain, masih adanya kekhawatiran akan penyebaran resesi ekonomi Turki membuat permintaan akan dolar AS meningkat, sehingga rupiah pun ikut kembali melemah. "Bahkan ada pula sebagian pelaku pasar yang memperkeruh suasana pasar yang menyamakan ekonomi Indonesia dengan Turki, turut memperlemah laju rupiah," ujar Reza. (*/Ant)