IMQ, Jakarta -PT Sido Muncul Tbk optimistis penjualan tahun ini bertumbuh 10%, sesuai target perseroan, seiring strategi pengembangan pasar baik domestik dan ekspor produk baru dan soft capsule yang akan mulai dipasarkan September 2018. Tahun ini, Sido Muncul juga akan mulai mengoperasikan pabrik jamu baru berkapasitas 200 juta sachet per bulan. Meski sepanjang semester I 2018 penjualan perusahaan dengan kode emiten SIDO belum bisa memenuhi harapan, perseroan optimistis, kinerja akan membaik pada paruh kedua. Untuk mendongkrak penjualan, perseroan telah menyiapkan sejumlah strategi, yaitu mengeluarkan produk baru, menambah kapasitas produksi, serta memperluas jangkauan pasar. Saat ini, perseroan mengebut kesiapan pabrik soft capsule di Semarang, Jawa Tengah, dengan investasi sekitar Rp 15 miliar. Pabrik ini sebentar lagi akan memasuki tahap uji coba produksi. Perseroan tahun ini akan mulai mengoperasikan pabrik baru untuk menambah kapasitas produksi jamu cair, seperti Tolak Angin Cair, Tolak Linu, dan Madu Kembang Sido Muncul. Sama dengan pabrik soft capsule, pabrik baru untuk jamu cair tersebut saat ini juga masih dalam tahap validasi mesin dan uji coba produksi. Pabrik baru yang dibangun dengan investasi sebesar Rp 700 miliar tersebut, berkapasitas produksi 200 juta sachet per bulan. Kenaikannya cukup signifikan dibandingkan pabrik lama yang sudah ada yang sebesar 80 juta sachet per bulan. Keunggulan pabrik terbaru ini adalah pertama, kapasitas lebih besar, lalu sistem otomatis mampu mengurangi kesalahan pada proses pembuatan produk, dan ramah lingkungan. Selain itu, dengan teknologi canggih yang digunakan, proses produksi di pabrik baru tersebut sudah sedemikian diatur secara presisi. Selama ini produk jamu cair, yakni Tolak Angin, Kuku Bima, Tolak Linu, dan Kopi Jahe memberikan kontribusi terbesar bagi perseroan. Selama ini, produk Sido Muncul telah masuk ke sejumlah negara, seperti Timur Tengah, Malaysia, dan Singapura. Untuk memperkuat pasar di negara lain, Sido Muncul telah melakukan terobosan dengan memiliki kantor resmi seperti di Negeria dan Flipina, sehingga tidak hanya mengadalkan distributor untuk melakukan penetrasi pasar. Dengan memiliki kantor resmi, produk-produk perseroan berpeluang masuk ke toko-toko arus utama. Sedangkan analis BCA Sekuritas, Willy Suwanto mengatakan, dengan persaingan produk herbal yang kian sengit, SIDO memiliki strategi jelas untuk memperlebar pasar domestik dan internasional. Perseroan memiliki peluang besar untuk memperkuat penjualan di Indonesia Timur. "Konsumsi di pasar Indonesia bagian timur memang tidak setinggi di kawasan Indonesia bagian barat. Kendati demikian, pasar tersebut akan menjadi faktor pendapatan tambahan bagi SIDO pada masa yang akan datang," katanya dalam risetnya. SIDO telah mendaftarkan produknya untuk dipasarkan di Nigeria. Selain itu, perusahaan juga melihat potensi market untuk Tolak Linu yang kontribusi penjualannya 8% terhadap total produk herbal perseroan. Willy merekomendasikan buy untuk saham SIDO karena memiliki neraca keuangan yang baik dan tidak sedang menanggung utang signifikan.