IMQ, Jakarta -Tekanan terhadap rupiah tampaknya akan berlanjut hingga perdagangan akhir pekan ini berkat laju positif dolar AS seiring dengan apiknya data ekonomi Negeri Paman Sam. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore (2/8) bergerak melemah sebesar 35 poin menjadi Rp14.468 dibanding sebelumnya Rp14.433 per dolar AS. Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan nilai tukar rupiah kembali mengalami depresiasi terhadap dolar AS seiring sentimen perekonomian Amerika Serikat yang membaik. Sementara itu, kurs dolar AS menguat lebih lanjut terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor terus mencerna pernyataan terbaru Federal Reserve AS. Bank Sentral AS pada Rabu (1/8) memutuskan untuk mempertahankan kisaran target suku bunga acuan, federal funds rate (FFR) di 1,75 hingga 2,00 persen setelah mengakhiri pertemuan kebijakan dua harinya. The Fed mencatat bahwa pasar tenaga kerja AS terus menguat dan kegiatan ekonomi telah meningkat sejak para pembuat kebijakan bertemu pada Juni. Di sisi ekonomi, klaim pengangguran awal mencapai 218.000 dalam pekan yang berakhir 28 Juli, meningkat 1.000 dari tingkat yang tidak direvisi minggu sebelumnya. Rata-rata pergerakan 4 pekan mencapai 214.500, turun 3.500 dari rata-rata tidak direvisi minggu sebelumnya 218.000. Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,64 persen menjadi 95,159 pada akhir perdagangan Kamis (2/8). Pada akhir perdagangan di New York, euro turun menjadi 1,1584 dolar AS dari 1,1664 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan poundsterling Inggris turun menjadi 1,3019 dolar AS dari 1,3127 dolar AS di sesi sebelumnya. Dolar Australia merosot ke 0,7361 dolar AS dari 0,7399 dolar AS. Dolar AS bergerak di level 111,70 yen Jepang, lebih tinggi dari 111,57 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9956 franc Swiss dari 0,9919 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3027 dolar Kanada dari 1,2994 dolar Kanada. (*/Ant)