IMQ, Jakarta -Kinerja keuangan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) melambat pada semester pertama tahun ini dengan membukukan penjualan senilai Rp 679,84 miliar, menyusut 10,63% dibandingkan penjualan pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp 760,68 miliar. Mengacu laporan keuangan yang dirilis akhir Juli, Wismilak meraih laba bersih senilai Rp 18,49 miliar, atau tumbuh 59,53% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 11,59 miliar. Meski demikian, manajemen Wismilak menjelaskan bottom line perusahaan ini sejatinya menyusut tipis. Sebab, ada koreksi dari auditor eksternal. "Pos yang mengalami pertumbuhan adalah laba kotor. Sedangkan laba bersih kami sebenarnya turun sedikit, ada koreksi di audit eksternal," kata Direktur Marketing WIIM, Surjanto Yasaputera kepada pers di Jakarta, Jumat (3/8). Tahun lalu, menurut Surjanto, pihaknya melakukan efisiensi, yaitu memindahkan lokasi produksi dari Surabaya ke Bojonegoro. Namun, alokasi biayanya dicatatkan pada beban pokok penjualan, sehingga ada koreksi oleh auditor eksternal. "Jika itu dikeluarkan dari beban pokok penjualan dan dimasukkan ke bawah, maka sebetulnya tahun ini kami sedikit menurun. Jadi, itu koreksi dari audit eksternal," papar dia. Hingga akhir tahun nanti, manajemen Wismilak belum akan menggelar ekspansi dan masih fokus pada produk yang sudah ada. Soal rencana kenaikan tarif cukai, menajemen Wismilak prinsipnya mengikuti aturan main dari pemerintah. "Cukai pasti naik setiap tahun, kami mesti ikut. Diharapkan, kenaikan tarif cukai semestinya harus memperhatikan daya beli masyarakat," ujar Surjanto. Surjanto menambahkan, dengan kenaikan tarif cukai, maka konsumen rokok harus mengeluarkan biaya lebih mahal. Namun selama tiga tahun terakhir, daya beli konsumen sedikit menurun. "Itu masalahnya. Jadi, seharusnya kenaikan tarif cukai harus diikuti peningkatan daya beli masyarakat," tuturnya.