Pelemahan Harga CPO Tekan Kinerja Sampoerna Agro

Contact Us

Contact Us
 

Plaza Asia Office Park Unit 2

Jl. Sudirman Kav. 59

Jakarta 121970

Indonesia

Phone Number
021 2557 4888

Indonesian Indices

Last update: 2023-4-28 14:22:55

Global Indices

    Last update:

    Market Summary

    Last update:

    Currencies

    Last update:
    • COMPOSITE

      6915.549

      0 (0%)

    • LQ45

      961.224

      0 (0%)

    • JII

      573.775

      0 (0%)

    • KOMPAS100

      1173.505

      0 (0%)

    Last update: 2023-4-28 14:22:55

    Pelemahan Harga CPO Tekan Kinerja Sampoerna Agro


    IMQ, Jakarta -Melemahnya harga minyak sawit mentah atau crude palm oil(CPO) masih menekan kinerja emiten perkebunan seperti PT Sampoerna Agro Tbk. Berdasarkan laporan keuangan semester I tahun ini, penjualan emiten berkode saham SGROini turun 17,3% menjadi Rp 1,33 triliun, dari Rp 1,61 triliun di periode sama tahun lalu. Sejalan dengan penurunan penjualan, beban pokok penjualan SGRO juga terpangkas 12% menjadi Rp 1,01 triliun dari Rp 1,15 triliun. Dus, laba bersih perusahaan ini merosot 40,2% menjadi Rp 88,47 miliar. Padahal, di semester pertama tahun lalu, SGRO membukukan laba bersih sebesar Rp 148,01 miliar. Per akhir Juni 2018, areal tertanam SGRO mencapai 115.741 hektare (ha). Lahan ini terdiri dari tanaman inti kelapa sawit, tanaman sagu dan tanaman karet. Saldo awal tanaman yang sudah menghasilkan senilai Rp 1,32 triliun, naik 6,3% dari periode sama tahun lalu, Rp 1,25 triliun. Secara kuartalan, kinerja SGRO sejatinya cukup cemerlang. Terlihat dari basis produksi tandan buah segar (TBS) yang naik sekitar 34,3% menjadi 434.254 ton pada kuartal kedua. Sedangkan produksi CPO juga naik 28,90% menjadi 87.409 ton. Begitu juga volume penjualan minyak inti kelapa sawit secara kuartalan naik 19,1% menjadi 17.882 ton. "Estimasi kami target produksi CPO setahun penuh akan mencapai 390.944 ton, dan tahun depan, 437.593 ton," kata Analis Mirae Asset Sekuritas, Andy Wibowo Gunawan dalam risetnya. Harga rata-rata penjualan SGRO memang cenderung flat pada semester pertama tahun ini, yaitu Rp 7.864 per kilogram. Tetapi, menurut Andy, strategi SGRO yang mengalihkan porsi produksi TBS dari perkebunan plasma ke perkebunan inti, dapat memberikan yield lebih baik. "Ini tercermin pada kinerja kuartalan SGRO. Walau penjualan turun 0,30% secara kuartalan menjadi Rp 666 miliar, namun laba bersih naik 377,6% menjadi Rp 73 miliar," papar Andy. Andy memprediksi penjualan SGRO sampai akhir tahun ini bisa mencapai Rp 3,9 triliun dan tahun depan sebesar Rp 4,6 triliun. Sementara, laba bersih hingga tutup tahun ini diprediksi Rp 361 miliar atau naik 25,5% secara tahunan. Oleh karena itu, Andy mempertahankan rekomendasi beli saham SGRO dengan target harga Rp 2.950 per saham. Kemarin (1/8), SGRO ditutup di Rp 2.340 per saham.